Mengingat
begitu tingginya permintaan pabrik tepung terhadap porang, maka para petani pun
ikut berbondong-bondong menanam porang. Porang yang dari dulu hingga sekarang
harga jualnya terus stabil, membuat petani porang tidak pernah bangkrut dalam
bertani salah satu jenis umbi-umbian tersebut. Para petani pun juga menjadi
semakin bersemangat dari tahun ke tahun dalam menanam porang. Dari modal awal
yang tidak begitu banyak, dalam kurun waktu 3 tahun, modal untuk menanam porang
tersebut sudah pulih berpuluh-puluh kali lipat.
|
HARGA PORANG NGANJUK |
Berdasarkan
fakta yang telah terjadi di lapangan, para petani justru terus menambah luas
lahan guna menanam porang tersebut. Lahan yang semakin luas, maka hasil panen
yang dihasilkanpun juga semakin banyak. Mudahnya perawatan atau pemeliharaan
tanaman tersebut, menjadikan pihak petani tidak kesulitan dalam proses
pemeliharaan, berbanding terbalik dengan tanaman lain seperti bawang merah yang
sangat butuh perhatian ekstra dalam pemeliharaannya.
Dari
fakta yang terjadi di lapangan, ketika masih jauh dari musim tanam, bibit
porang bisa dikatakan terjangkau yaitu sekitar Rp 180 ribu rupiah per
kilogramnya. Harga tersebut merupakan harga paling rendah dari bibit porang.
Mendekati musim tanam tiba, para petani semakin mempersiapkan diri maupun dana
untuk mencari bibit porang guna bisa ditanam pada musim tanam kelak. Perlahan
harga bibit porang naik, meski tergolong tidak signifikan namun harganya terus
naik sesuai keinginan pasar. Saat bulan Mei tiba, pada tahun 2018 lalu harga
bibit porang mencapai Rp 195 ribu rupiah. Ketika bulan Juni mencapai Rp 205
ribu rupiah per kilo. Harga tersebut belum mencapai puncaknya, kenapa? Karena
belum musim tanam. Pada awal musim tanam sekitar bulan Juli harga per
kilogramnya bisa mencapai Rp 215 ribu rupiah.
|
HARGA PORANG NGANJUK |
Kapan
waktu terjadinya harga bibit porang yang paling mahal? Waktu tersebut ialah
ketika musim tanam telah tiba, mulai dari bulan Juli, Agustus, September.
Dimana merupakan waktu paling bagus dalam bercocok tanam. Harga per kilogramnya
bisa mencapai Rp 230 ribu rupiah. Mahalnya harga bibit tersebut dikarenakan
minim adanya bibit yang dijual dan minimnya ketersediaan barang di pasaran.
Harga tersebut juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap bibit
porang, khususnya di Jatim. Selama musim kemarau harga bibit porang terus
mahal, karena pada waktu tersebut masih merupakan waktu yang paling tepat dalam
menanam bibit porang. Kemudian harga baru kembali lagi pada harga standar
ketika musim hujan telah tiba. Diamana umbi porang yang ditanam tumbuh dan
berkembang.